Beranda Budaya Hadapi Low Season, Ini Langkah Dispar dan PHRI Bantul

Hadapi Low Season, Ini Langkah Dispar dan PHRI Bantul

3
0
Hadapi Low Season, Ini Langkah Dispar dan PHRI Bantul



Hadapi Low Season, Ini Langkah Dispar dan PHRI Bantul

Harianjogja.com, BANTUL—Bulan Februari dan Maret 2025 merupakan low season bagi pelaku wisata dan kunjungan wisata ke Bantul. Hal ini telah diantisipasi oleh para pelaku wisata dan Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Bantul.

Subkoordinator Kelompok Substansi Promosi Kepariwisataan Dispar Bantul Markus Purnomo Adi mengatakan, selama low session bulan Februari dan Maret 2025 pihaknya tidak menggelar even.

BACA JUGA: Kunjungan Wisatawan ke Kebun Buah Mangunan Menurun Drastis, Ini Penyebabnya

Pasalnya, sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan kejelasan terkait pencairan Dana Keistimewaan untuk even pariwisata yang digelar selama 2025.

“Selain itu, kami juga memperhitungkan jumlah pengunjung yang datang saat low session juga,” kata Ipung-panggilan akrab Markus Purnomo Adi, Rabu (5/2/2025).

Ipung memperkirakan selama Februari 2025, jumlah wisatawan yang datang ke Bantul mencapai 150.000 pengunjung. Jumlah itu menurun dibandingkan jumlah pengunjung pada bulan Januari 2025 yang mencapai 232.802 pengunjung.

Jumlah 150.000 pengunjung tersebut, dinilai Ipung masih realistis meskipun pihaknya tidak menggelar even selama Februari 2025. Kendati demikian, ada kegiatan yang digelar oleh komunitas lari di Pantai di akhir Februari 2025 yang dipastikan akan mendatangkan sekitar 2.500an orang.

“Lalu pada bulan Maret kan bulan Puasa, bisa dikatakan jumlah pengunjung nol. Karena jarang ada yang berwisata saat bulan Puasa. Paling selama bulan Maret bisa mencapai 12.000-an,” terang Ipung.

Optimalkan FnB

Ketua PHRI DIY Yohanes Hendra Dwi Utomo mengakui bahwa pada bulan Februari dan Maret adalah masa-masa low season bagi pengusaha hotel dan restoran. Di mana okupansi hotel di bulan-bulan tersebut dipastikan menurun jauh dibandingkan bulan Januari 2025.

“Selama Januari kemarin okupansi hotel di angka 75 persen, bahkan 100 persen di Januari karena long weekend. Tapi Februari dan Maret okupansi kami perkirakan menurun karena low season, ya sekitar 50 persen,” kata Hendra.

Menurut Hendra, adanya low season sejatinya tidak hanya berdampak kepada hotel dan restoran saja. Akan tetapi juga di sektor lain seperti transportasi dan kuliner.

Untuk menyiasati sepinya tingkat pemesanan hotel di masa low season, Hendra mengaku anggotanya sudah mulai mempersiapkan diri dengan mengoptimalkan sektor food and beverage (FnB) agar bisa tetap meraup pendapatan.

“Mereka sudah mulai menyusun paket-paket buka Puasa. Kami memang harus kreatif agar tetap bisa bertahan,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Berita Google



Source link

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini